COVID-19 (FRIDA FITRIANI)
COVID-19
Penyakit Coronavirus 2019 ( COVID-19 ) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2
(SARS-CoV-2). Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di
Wuhan dan sejak itu menyebar secara global, mengakibatkan pandemi
koronavirus 2019-20 yang sedang berlangsung. Gejala umum termasuk demam ,
batuk , dan sesak napas .Gejala lain mungkin termasuk nyeri otot , diare ,
sakit tenggorokan , kehilangan bau , dan sakit perut. Sementara sebagian
besar kasus mengakibatkan gejala ringan, beberapa berkembang menjadi
pneumonia virus dan kegagalan multi-organ .
Cerita virus corona sejauh ini |
Awalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan bahwa wabah ini bukan termasuk kategori darurat kesehatan global (PHEIC). Kami punya ahli yang menjelaskan alasannya.
Namun, situasi berubah begitu cepat dan pada 30 Januari penyakit ini dinyatakan oleh WHO sebagai keadaan darurat kesehatan global. Aubree Gordon, profesor kesehatan masyarakat di University of Michigan, memberikan penjelasan yang jelas tentang apa artinya pernyataan itu.
Pada saat itu, orang-orang sangat penasaran untuk mengetahui segala sesuatu tentang ancaman baru ini. Dengan akses pada ribuan ahli melalui jaringan global kami, The Conversation telah mampu memberikan saran berbasis bukti mengenai segala hal mulai dari cara mencuci tangan dan, yang penting juga, cara mengeringkan tangan, hingga bagaimana melindungi anak-anak kita serta mengenai apakah masker wajah dapat memberikan perlindungan atau tidak.
Dan pada 11 Maret lalu, WHO secara resmi menetapkan pandemi COVID-19.
Perekonomian dalam krisis besar
Kami juga memiliki artikel berkualitas dan otoritatif tentang dampak perkembangan COVID-19 (nama resmi untuk penyakit ini) terhadap perekonomian dunia, bagaimana hal ini membuat sains lebih terbuka (termasuk risiko yang menyertainya), dan bagaimana pengembangan vaksin dijalankan.
Liputan kami mencakup langkah-langkah yang diambil Nigeriauntuk menghadapi wabah, bagaimana pemerintah di Asia Tenggara menangani informasi kesehatan yang salah, dan apa arti pernyataan darurat WHO bagi Kanada.
Para penulis juga berusaha untuk menempatkan wabah ini sebagaimana konteks pandemi lainnya. Seorang peneliti di London School of Hygiene and Tropical Medicine meluncurkan peta interaktif kepada tim The Conversation yang membuat para pembaca dapat menelusuri bagaimana penyakit menyebar dalam jangka hitungan waktu tertentu. Peta ini juga membandingkan wabah COVID-19 dengan wabah penyakit menular lainnya, seperti SARS, flu babi, dan Ebola.
Penulis lain bahkan menulusuri lebih jauh lagi dengan membandingkan wabah ini dengan peristiwa Black Death (wabah pes di Eropa pada abad ke-14 yang membunuh 50 juta jiwa), membandingkan dampaknya baik dalam segi ekonomi maupun dari segi penyebaran informasi yang salah.
Memang, informasi yang salah dan teori konspirasi telah marak muncul sejak awal wabah terjadi. Paranoid bahkan menghantui para peminum bir: penjualan minuman bir Corona mengalami penurunan yang tiba-tiba.
Jaringan global
Penangkal dari beredarnya informasi yang keliru ini adalah menyajikan berita secara bijaksana dan dapat dipercaya, ditulis dengan jelas dan mudah dipahami, sehingga berita dapat meyakinkan pembaca ketimbang menumbuhkan rasa khawatir. Jaringan penulis akademisi The Conversation bekerja dengan jurnalis profesional untuk menyediakan kepada Anda semua informasi tajam dan terkini.
Saat pandemi berjalan, kami akan terus membawakan kepada Anda jurnalisme dari para ahli yang menulis sesuai dalam bidang pengetahuan mereka. Kami saat ini sedang mengerjakan berbagai artikel, termasuk salah satunya bagaimana virus corona seharusnya membuat kita berharap penuh pada kemampuan kita menangani krisis iklim.
Contoh lainnya yakni artikel bagaimana menghentikan kecemasan yang disebabkan oleh pandemi apabila berkembang di luar kendali dan bagaimana perubahan musim mungkin akan mengubah jalur perkembangan wabah. Sebagai jaringan organisasi nirlaba, satu-satunya tujuan kami adalah membantu Anda tetap mendapatkan informasi.
Seorang ahli mikrobiologi terkemuka di University of Navarra di Spanyol mengatakan bahwa kita berada pada kemampuan terbaik untuk menghadapi pandemi dan telah ada jutaan orang yang sudah membaca tulisannya dalam bahasa Spanyol, Prancis, Inggris, dan Indonesia.
Dan pada akhirnya virus yang mematikan dan berbahaya ini mulai memasuki Indonesia, kasus pertamanya dimuali dari dua orang wanita yang berdansa dengan warga negara asing (jepang tepatnya) dan mulai merambat hingga kini tingkat menyebarannya sudah mencapai 2273 positif, 1911 dirawat, 198 meninggal dunia, dan 164 sembuh. betapa sangat mengerikan dan tidak main-main bukan virus ini? hanya dalam 20hari bisa menyerang hampir 2% populasi di indonesia ini. dan mengkhawatirkannya jika pemerintah lalai maka besar kemungkinan akan bisa melebihi italia. sedangkan italia dengan teknologi kesehatan yang diakui canggih nomor satu sedunia saja sangat kewalahan bagaimana dengan negara kita?
stay healthy, jangan sampai imu menurun, banyak minum vitamin karena yang bisa menyembuhkan diri kita sendiri hanya imun kita yang kuat!
dan surabaya pun sudah meberlakukan karantina daerah yang dimana sudah melarang orang-orang untuk berkumpul diluar lebih tepatnya social distancing semoga dengan ini bisa membantu untuk tidak lebih menularkan virus lebih banyak lagi. semoga pandemi ini bisa segera teratasi dan berlalu karena jika dilakukan lockdown kasihan para pejuang receh yang harus keluar rumah untuk mencari sesuap nasi. terimakasih! semangat!
Dan sekarang disini saya ingin membahas tentang pengaruh COVID-19 terhadap UMKM.
Seperti di negara Italia penyebaran virus corona sangat masif akibat masyarakatnya masih beraktivitas diluar rumah seperti biasa. Mengambil pelajaran dari kasus Italia maka seharusnya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 harus dilakukan Social Distancing (jarak sosial) atau dikenal juga dengan upaya Lockdown (karantina wilayah).
Dengan demikian, di Indonesia pun pemerintah telah mencoba upaya tersebut yang berimbas langsung terhadap penurunan secara drastis ekonomi UMKM, karena setiap warga bahkan murid sekolah pun diliburkan agar tetap berada didalam rumah, akibatnya perusahaan UMKM terhambat dalam penjualan dan juga produksi.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) justru menjadi sektor paling rentan kena hantaman pandemi virus corona. Sektor ini disebut ekonom tak bisa lagi menjadi penyangga perekonomian seperti saat krisis ekonomi dan keuangan 1998 dan 2008.
Agar UMKM tetap bisa berproduksi dan terhindar dari PHK, Presiden Joko Widodo meminta realokasi APBN dan APBD ke tiga bidang, salah satunya UMKM.
Sumiah, 58 tahun, berpangku tangan melihat lalu lalang kendaraan yang melintas di salah satu halte di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu sore (18/03). Tahu, bakwan, dan tempe goreng yang ia buat dari rumah, tampak masih penuh di wadahnya.
Biasanya, orang-orang yang hilir mudik membeli jajanannya. Tapi sejak penerapan 'belajar, bekerja dan beribadah dari rumah', dagangannya sepi. Pedagang kaki lima ini mengaku pendapatannya turun 50%.
"Biasa sudah pegang Rp300 ribu. Ini baru Rp100 ribu. Anyep, nyep, nyep. Sepi banget," katanya berkeluh kesah.
"Ini sudah dikurang-kurangi dagangannya, masak ikan asin sudah dikurangi 10 bungkus, ini (gorengan) biasa bawa 50, cuma bawa 30. Dikurangi banyak, tetap aja nggak habis," tambah Sumiah.
Sumiah adalah tulang punggung keluarga. Dia khawatir tak dapat melanjutkan biaya sekolah anak dan cucunya, lantaran suami sudah 10 tahun terkena stroke.
Ia bingung berapa lama lagi bisa bertahan untuk dagang jika kondisi penjualannya terus menurun.
"Aduh, ampun, buat makan saja kayaknya kembang kempis. Putar-puter kira-kira bisa buat jajan anak sekolah. Muter-muternggak karuan ngurangin belanjaan," katanya.
05-april-2020
Terimakasih :)
BalasHapus